Halo teman
teman, masih ingat denganku bukan? Yep, masih gadis yang sama dan sudah tidak remaja lagi
-_-. Sudah memasuki fase dewasa seharusnya, tapi apa kenyataannya? Aku masih
terlihat seperti gadis kecil dirumahku :O. Kalau kalian membaca kisah gidupku
yang sebelumnya, tentu kalian tahu bahwa aku adalah anak kedua dari dua orang
bersaudara, yang berarti aku adalah anak bungsu. Aku dengan kakakku terpaut
cukup jauh, sekitar 10 tahun lebih. Yang artinya menjadikan aku semakin semakin
semakin kecil dirumah ini :O :O
Sudah memasuki
bulan November tahun 2016, kembali berada dipenghujung tahun. Sungguh! Waktu
itu sangat cepat berlalu. Aku baru saja merayakan pertambahan usiaku yang ke 23
tahun. Fiuh! Harus mengakui bahwa aku tidak muda lagi.
Kuliah? Apa kabarnya kuliah? Aku berhasil tamat sekitar satu setengah bulan
yang lalu. Yeaaaaay akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku. Selama proses
pengerjaan skripsi, masa-masa itu sangatlah tidak mudah. Banyak
pengalaman-pengalaman yang sungguh berkesan. Banyak pelajaran kehidupan yang
tidak aku dapatkan dari dosen-dosenku. Sungguh, aku bersyukur bisa mempelajari
semua itu. (Waah :$ sepertinya aku memang sudah bisa dibilang dewasa. Hahaha
:D)
Jadi apa
kerjaku pasca-wisuda? Yaaaa
gitu deh, jobless a.k.a jobseeker alias jobfighter bin pengangguran. Hampir 2
bulan ini hidupku hanya bangun-ngebabu-tidur (yang lain masuk dalam rincian
hahaha). Saking menjalani hidup yang bisa dikatakan sangat sangat sangat
monoton, aku sungguh bosan menjalaninya. Memang rasanya lebih menyenangkan
ketika kuliah, heuh -_-. Aku benar-benar manusia tulen, ketika kuliah ingin
cepat-cepat tamat, ketika sudah tamat ingin merasakan kuliah lagi. Maunya apa
sih? Tapi ada sih satu keuntungan karena banyak waktu senggang begini, aku bisa
kembali menulis, menceritakan kisah hidupku, berbagi pengalaman hidup yang aku
alami. Eaaaak :$
Kali ini apa yang ingin
aku ceritakan ya? Sebenarnya aku juga tidak tahu pasti apa yang ingin aku
ceritakan, yang aku lakukan sedari tadi hanya membiarkan jari-jari imut ini
menari-nari di atas keyboard. Aku biarkan semuanya mengalir, hingga ia bermuara
disuatu tempat, menjadi suatu tulisan yang utuh dan memberikan arti bagi yang
membacanya hihihi :D. sudahlah, sedari tadi rasanya aku bertele-tele menulis
hal yang tidak pasti (efek jobless -_-)
Hem, minggu lalu kakak
sepupuku—kak Fitri yang sekarang sudah bekerja di Batam. Dulunya kak
Fitri kuliah di kota yang sama denganku—pulang kampung. Setelah sekian lama
tidak bertemu akhirnya kami bertemu. Sejujurnya aku merindukan kakakku itu,
soalnya sedari kecil dari sekian banyaknya saudaraku—sepupu!—hanya kak Fitri
yang paling sering aku temui dan paling sering berada disekitarku. Jadi buatku
kak Fitri merupakan kakak yang paling dekat, sosok yang menjadi tempatku untuk
berkeluh kesah dan juga sebaliknya. Kak Fitri juga sosok yang wisdom in her way, I thought.
Jadi, bisa dikatan kak Fitri menjadi sosok panutan buat ku—includes in fashion style.
Nah, kak Fitri
pulang dalam rangka mengunjungi camer-nya—tetapi camernya ini tinggal di kota
yang berbeda. Selama kak Fitri pulang, dia benar-benar memanfaatkan waktu untuk
bertemu dengan teman-teman lamanya. Sehingga, bisa dikatakan kak Fitri cukup
sibuk pergi ke sana dan ke sini selama di rumah. Pada saat yang sama aku juga
sibuk melakukan beberapa hal—yaa seperti yang dilakukan oleh para jobseeker,
aku sibuk mengantarkan lamaran dan browsing juga untuk memasukan lamaran. Fiuh! Hard day. Ternyata
eh ternyata tiga hari, hanya tiga hari kak Fitri pulang ke rumah. Waktu yang
cukup singkat, dan aku tidak punya kesempatan untuk menceritakan apa yang ingin
ceritakan—disatu sisi aku juga selalu mencari waktu yang tepat alias suka
kelamaan mikir. Ya pada akhirnya kak Fitri kembali ke asalnya dengan begitu
saja. Tisak ada ukiran cerita yang bisa kami ukir berdua. Hahaha :D yang
ujung-ujungnya aku akan kembali merindukan kakak sepupuku itu.
Okay, back to reality! Banyak hal yang telah
aku lalui selama periode menganggur ini. Banyak juga pelajaran yang dapat aku
ambil selama melamar di sana dan di sini. Pengalaman
bahwa memang melamar itu harus menunjukan profesionalitas untuk bekerja. Menunjukan
bahwa saya adalah orang yang siap untuk bekerja. Poin seperti itu sangat
dibutuhkan ketika melamar pekerjaan. Menurutku pribadi itu menunjukan siapa dan
bagaimana kamu. Terlambang dari bagaimana bentuk, susunan, dan kerapian
berkasmu. Itu adalah pelajaran pertama yang aku dapatkan ketika mlamar untuk
pertama kalinya dan langsung mendapatkan penolakan mulai dari bagian
administrasi. Sungguh! Diluar dugaan, sangat mengecewakan sekali pada saat itu.
Tapi untungnya pada saat itu aku mampu untuk mengambil sisi positif dari
penolakan itu. Aku belajar bahwa melamar itu memang bukan main-main dan harus
profesional.
Pelajaran
selanjutnya yang aku dapatkan juga berbeda lagi, ketika melamar dan memasuki
sesi FGD (focus group discussion). Aku
yang pada dasarnya ini pemalu menjadi semakin pemalu ketika berada dalam group
yang berjumlah 12 orang. Yaampuuuun -_- apa yang terjadi dengan aku yang pemalu
ini, berubah menjadi sangat pemalu. Kembali menyimpan semua apa yang aku
pikirkan cukup hanya dikepala, membenarkan dan bertanya-tanya hanya dalam
kepalaku sendiri. C’mon, Marisa! Wake up! This
was not what you want to do, rite? Aku kesini bukan untuk duduk manis
dan memperhatikan, disini aku harus speak
up. Itulah yang aku pikirkan ketika aku berada dalam suasana FGD waktu itu.
Sikap yang membawa ketidak beruntungan menurutku.
Lain lagi pengalaman ketika
aku diinterview oleh Kepala Cabang
suatu perusahaan. Aku yang mendapatkan kabar secara mendadak begitu, merasa was
wes wos ketika tahu akan segera diinterview
oleh Kepala Cabang. Aku merasa tidak memiliki persiapan yang matang untuk
menjawab segala macam pertanyaan yang akan ditanyakan oleh beliau. Ketika memasuki
ruangan, suasananya memang tidak mengintimidasi ataupun tertekan, tetapi ketika
beliau mulai bertanya aku mulai dilanda gugup yang sangat dahsyat. Semua pertanyaan
yang beliau lontarkan memang aku jawab, hanya saja aku merasa situasinya terasa
sangat kaku, tidak menarik, karena kegugupan yang aku rasakan membuat aku hanya
menjawab apa yang beliau tanyakan tidak ada canda tawa yang terjadi diantara
kami untuk mencairkan suasana.
Tidak hanya sampai
disana, setiap pertanyaan yang beliau tanyakan aku memang menjawbnya, hanya
saja semua jawabanku terdengar sangat tidak professional. Tidak menunjukan
bahwa aku adalah pribadi yang pantas untuk bekerja dengan professional. Pada saat
itu aku merasa harusnya aku lebih mampu untuk menganalisis pertanyaan dan
menjawabnya dengan yakin dan lantang. Tidak menunjukan rasa gugup dan terkesan
malu-malu. Andaikan waktu bisa diputar lagi, aku ingin mengulang kembali menjawab
semua jawaban itu dengan lebih baik lagi.
Nasi sudah
bubur, mungkin itu peribahasa yang paling pas untuk pengalamanku. Seperti yang
aku katakan tadi, aku tidak bisa mengulang waktu, waktu yang berlalu tidak
pernah kembali. Percuma aku memikirkan sesuatu yang sudah terjadi dan tidak akn
kembali, semuanya tidak akan kembali lagi untuk bisa aku perbaiki. Yang bisa
aku lakukan hanyalah belajar kembali dari semua pengalaman yang telah aku
peroleh. Pengalaman memang benar guru yang terbaik. Mengajarkan kembali agar
aku tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah aku lakukan di masa depan. Yang aku
bisa lakukan saat ini hanya belajar, belajar, belajar, dan belajar. Aku sungguh
senang dengan diriku saat sedang menulis ini. Aku merasa penuh semangat dan
begitu berkobar dan membara untuk selalu belajar dan mengejar mimpi dan
cita-citaku.
Wish me luck!