Friday, November 11, 2016

11 November 2016

Halo teman teman, masih ingat denganku bukan? Yep, masih gadis yang sama dan sudah tidak remaja lagi -_-. Sudah memasuki fase dewasa seharusnya, tapi apa kenyataannya? Aku masih terlihat seperti gadis kecil dirumahku :O. Kalau kalian membaca kisah gidupku yang sebelumnya, tentu kalian tahu bahwa aku adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, yang berarti aku adalah anak bungsu. Aku dengan kakakku terpaut cukup jauh, sekitar 10 tahun lebih. Yang artinya menjadikan aku semakin semakin semakin kecil dirumah ini :O :O
Sudah memasuki bulan November tahun 2016, kembali berada dipenghujung tahun. Sungguh! Waktu itu sangat cepat berlalu. Aku baru saja merayakan pertambahan usiaku yang ke 23 tahun. Fiuh! Harus mengakui bahwa aku tidak muda lagi. Kuliah? Apa kabarnya kuliah? Aku berhasil tamat sekitar satu setengah bulan yang lalu. Yeaaaaay akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku. Selama proses pengerjaan skripsi, masa-masa itu sangatlah tidak mudah. Banyak pengalaman-pengalaman yang sungguh berkesan. Banyak pelajaran kehidupan yang tidak aku dapatkan dari dosen-dosenku. Sungguh, aku bersyukur bisa mempelajari semua itu. (Waah :$ sepertinya aku memang sudah bisa dibilang dewasa. Hahaha :D)
Jadi apa kerjaku pasca-wisuda? Yaaaa gitu deh, jobless a.k.a jobseeker alias jobfighter bin pengangguran. Hampir 2 bulan ini hidupku hanya bangun-ngebabu-tidur (yang lain masuk dalam rincian hahaha). Saking menjalani hidup yang bisa dikatakan sangat sangat sangat monoton, aku sungguh bosan menjalaninya. Memang rasanya lebih menyenangkan ketika kuliah, heuh -_-. Aku benar-benar manusia tulen, ketika kuliah ingin cepat-cepat tamat, ketika sudah tamat ingin merasakan kuliah lagi. Maunya apa sih? Tapi ada sih satu keuntungan karena banyak waktu senggang begini, aku bisa kembali menulis, menceritakan kisah hidupku, berbagi pengalaman hidup yang aku alami. Eaaaak :$
Kali ini apa yang ingin aku ceritakan ya? Sebenarnya aku juga tidak tahu pasti apa yang ingin aku ceritakan, yang aku lakukan sedari tadi hanya membiarkan jari-jari imut ini menari-nari di atas keyboard. Aku biarkan semuanya mengalir, hingga ia bermuara disuatu tempat, menjadi suatu tulisan yang utuh dan memberikan arti bagi yang membacanya hihihi :D. sudahlah, sedari tadi rasanya aku bertele-tele menulis hal yang tidak pasti (efek jobless -_-)
Hem, minggu lalu kakak sepupuku—kak Fitri yang sekarang sudah bekerja di Batam. Dulunya kak Fitri kuliah di kota yang sama denganku—pulang kampung. Setelah sekian lama tidak bertemu akhirnya kami bertemu. Sejujurnya aku merindukan kakakku itu, soalnya sedari kecil dari sekian banyaknya saudaraku—sepupu!—hanya kak Fitri yang paling sering aku temui dan paling sering berada disekitarku. Jadi buatku kak Fitri merupakan kakak yang paling dekat, sosok yang menjadi tempatku untuk berkeluh kesah dan juga sebaliknya. Kak Fitri juga sosok yang wisdom in her way, I thought. Jadi, bisa dikatan kak Fitri menjadi sosok panutan buat ku—includes in fashion style.
Nah, kak Fitri pulang dalam rangka mengunjungi camer-nya—tetapi camernya ini tinggal di kota yang berbeda. Selama kak Fitri pulang, dia benar-benar memanfaatkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman lamanya. Sehingga, bisa dikatakan kak Fitri cukup sibuk pergi ke sana dan ke sini selama di rumah. Pada saat yang sama aku juga sibuk melakukan beberapa hal—yaa seperti yang dilakukan oleh para jobseeker, aku sibuk mengantarkan lamaran dan browsing juga untuk memasukan lamaran. Fiuh! Hard day. Ternyata eh ternyata tiga hari, hanya tiga hari kak Fitri pulang ke rumah. Waktu yang cukup singkat, dan aku tidak punya kesempatan untuk menceritakan apa yang ingin ceritakan—disatu sisi aku juga selalu mencari waktu yang tepat alias suka kelamaan mikir. Ya pada akhirnya kak Fitri kembali ke asalnya dengan begitu saja. Tisak ada ukiran cerita yang bisa kami ukir berdua. Hahaha :D yang ujung-ujungnya aku akan kembali merindukan kakak sepupuku itu.
Okay, back to reality! Banyak hal yang telah aku lalui selama periode menganggur ini. Banyak juga pelajaran yang dapat aku ambil selama melamar di sana dan di sini. Pengalaman bahwa memang melamar itu harus menunjukan profesionalitas untuk bekerja. Menunjukan bahwa saya adalah orang yang siap untuk bekerja. Poin seperti itu sangat dibutuhkan ketika melamar pekerjaan. Menurutku pribadi itu menunjukan siapa dan bagaimana kamu. Terlambang dari bagaimana bentuk, susunan, dan kerapian berkasmu. Itu adalah pelajaran pertama yang aku dapatkan ketika mlamar untuk pertama kalinya dan langsung mendapatkan penolakan mulai dari bagian administrasi. Sungguh! Diluar dugaan, sangat mengecewakan sekali pada saat itu. Tapi untungnya pada saat itu aku mampu untuk mengambil sisi positif dari penolakan itu. Aku belajar bahwa melamar itu memang bukan main-main dan harus profesional.
Pelajaran selanjutnya yang aku dapatkan juga berbeda lagi, ketika melamar dan memasuki sesi FGD (focus group discussion). Aku yang pada dasarnya ini pemalu menjadi semakin pemalu ketika berada dalam group yang berjumlah 12 orang. Yaampuuuun -_- apa yang terjadi dengan aku yang pemalu ini, berubah menjadi sangat pemalu. Kembali menyimpan semua apa yang aku pikirkan cukup hanya dikepala, membenarkan dan bertanya-tanya hanya dalam kepalaku sendiri. C’mon, Marisa! Wake up! This was not what you want to do, rite? Aku kesini bukan untuk duduk manis dan memperhatikan, disini aku harus speak up. Itulah yang aku pikirkan ketika aku berada dalam suasana FGD waktu itu. Sikap yang membawa ketidak beruntungan menurutku.
Lain lagi pengalaman ketika aku diinterview oleh Kepala Cabang suatu perusahaan. Aku yang mendapatkan kabar secara mendadak begitu, merasa was wes wos ketika tahu akan segera diinterview oleh Kepala Cabang. Aku merasa tidak memiliki persiapan yang matang untuk menjawab segala macam pertanyaan yang akan ditanyakan oleh beliau. Ketika memasuki ruangan, suasananya memang tidak mengintimidasi ataupun tertekan, tetapi ketika beliau mulai bertanya aku mulai dilanda gugup yang sangat dahsyat. Semua pertanyaan yang beliau lontarkan memang aku jawab, hanya saja aku merasa situasinya terasa sangat kaku, tidak menarik, karena kegugupan yang aku rasakan membuat aku hanya menjawab apa yang beliau tanyakan tidak ada canda tawa yang terjadi diantara kami untuk mencairkan suasana.
Tidak hanya sampai disana, setiap pertanyaan yang beliau tanyakan aku memang menjawbnya, hanya saja semua jawabanku terdengar sangat tidak professional. Tidak menunjukan bahwa aku adalah pribadi yang pantas untuk bekerja dengan professional. Pada saat itu aku merasa harusnya aku lebih mampu untuk menganalisis pertanyaan dan menjawabnya dengan yakin dan lantang. Tidak menunjukan rasa gugup dan terkesan malu-malu. Andaikan waktu bisa diputar lagi, aku ingin mengulang kembali menjawab semua jawaban itu dengan lebih baik lagi.
Nasi sudah bubur, mungkin itu peribahasa yang paling pas untuk pengalamanku. Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak bisa mengulang waktu, waktu yang berlalu tidak pernah kembali. Percuma aku memikirkan sesuatu yang sudah terjadi dan tidak akn kembali, semuanya tidak akan kembali lagi untuk bisa aku perbaiki. Yang bisa aku lakukan hanyalah belajar kembali dari semua pengalaman yang telah aku peroleh. Pengalaman memang benar guru yang terbaik. Mengajarkan kembali agar aku tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah aku lakukan di masa depan. Yang aku bisa lakukan saat ini hanya belajar, belajar, belajar, dan belajar. Aku sungguh senang dengan diriku saat sedang menulis ini. Aku merasa penuh semangat dan begitu berkobar dan membara untuk selalu belajar dan mengejar mimpi dan cita-citaku.
Wish me luck!

No comments:

Post a Comment